KETIDAKADILAN DI JALAN RAYA

 


Saya pernah membaca sebuah buku yang menulis betapa jalan raya itu tidak adil. Cobalah ingat-ingat ketika kita sedang berjalan mengendarai kendaraan bermotor, kemudian jauh di depan sana kita melihat ada pemeriksaan polisi. Setiap kendaraan yang melewati pemeriksaan tersebut akan diberhentikan dan diperiksa surat-suratnya seperti STNK maupun SIM.


Apabila surat tidak lengkap maka polisi akan memberikan denda kepadanya atau yang disebut sebagai tilang (bukti pelanggaran). Namun bagaimana halnya jika surat-suratnya lengkap? Ternyata polisi tidak memberikan hadiah apa-apa. Kendaraan itu hanya dibiarkan saja berjalan, tidak ada pemberian penghargaan atau semacamnya bagi kendaraan yang surat-suratnya lengkap! Bukankah ini tidak adil?


Saya pikir ada benarnya juga tulisan tersebut. Bayangkan suatu hari di sebuah lampu merah ada kendaraan yang menerobos. Sehingga orang itu diberhentikan oleh polisi yang sedang bertugas mengatur jalan raya. 


"Selamat siang Pak. Bapak melanggar lampu merah maka Bapak saya tilang!" Kata polisi kepada pengemudi tersebut.


Orang itu lantas menjawab dengan santai, "Pak polisi, saya sudah bertahun-tahun melewati lampu merah ini dan saya selalu berhenti ketika merah, tetapi selama itu bapak tidak pernah memberi hadiah! Lantas sekarang baru satu kali saja melanggar mengapa Bapak langsung memberikan saya hukuman?"


Inilah yang disebut ketidakadilan di jalan raya karena yang bersalah diberi hukuman tetapi yang benar tidak diberikan hadiah.


Saat kita pikirkan lebih dalam lagi ternyata tulisan tersebut tidak sepenuhnya benar. Sebetulnya ada hadiah yang kita peroleh. Yaitu kelancaran dan ketertiban kondisi jalan. Ini adalah "hadiah" yang sangat berharga.


Renungkanlah sejenak, seandainya tidak ada hukuman bagi yang melanggar lampu merah maka semua kendaraan tentu tidak ada lagi yang patuh, kemacetan akan terjadi di mana-mana. Saya rasakan sendiri hal ini. Saya pernah melakukan perjalanan ketika lampu merah di perempatan jalan mati total, sehingga kendaraan dari empat penjuru saling berebut untuk maju lebih dulu. 


Akibatnya, saya harus menempuh waktu selama satu jam untuk berjalan sepanjang 300 meter yang biasanya hanya lima menit. Barulah kita mengerti bahwa kelancaran dan ketertiban adalah hadiah yang sangat berharga kalau kita pernah merasakan pengalaman tersebut.


Renungkanlah pula, seandainya kendaraan yang tidak bersurat atau pengemudi yang tidak punya SIM, semuanya dibebaskan keluar jalan raya. Apa yang terjadi? Tentu jalan raya akan penuh dengan kendaraan ilegal yang sudah tidak punya surat. Mereka akan bebas melenggang. 


Begitu pula siapapun tanpa memandang bisa mengemudi atau tidak, mereka juga akan berani membawa kendaraannya sendiri ke jalan raya tanpa takut pemeriksaan SIM. Bukankah hal ini membahayakan pengguna jalan yang lain? Jadi sebetulnya bukan tidak ada hadiah bagi kita yang disiplin melainkan hanya kita saja yang tidak menyadarinya.


Hal-hal baik memang biasanya tidak disadari, karena kita terlalu sibuk memikirkan hal yang tidak baik. Demikianlah sifat manusia yang kurang bersyukur. Sesuai firman Allah dalam surat Saba' ayat 13,


وَقَلِيلٌ مِنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ


_“Sangat sedikit di antara hamba-Ku yang mau bersyukur.”_


Bisa jadi, bukan hanya jalan raya yang selama ini kita bilang tidak adil, melainkan juga kehidupan. Pernahkah kita membandingkan ketika kita malas, hidup akan banyak masalah. Tetapi saat kita giat, mengapa hidup kita belum juga sukses? Malasnya mendapat hukuman, tetapi giatnya tak mendapat hadiah?


Kalau pernah merasa begitu, cobalah duduk dulu dengan tenang. Barangkali bukan tidak ada hadiah, melainkan hanya kita saja yang tidak menyadarinya.


✏️ _Sahabatmu,_



#copas

Posting Komentar

0 Komentar