16 Sifat Firaun Dalam Al-Qur'an

Fir’aun bukanlah nama seseorang. Fir’aun adalah sebutan bagi Raja Mesir di zaman itu. Jadi, kita akan menemukan banyak Fir’aun dengan orang-orang yang berbeda. Namun kali ini, kita akan berbicara tentang Fir’aun yang sezaman dengan Nabi Musa as.


Fir’aun adalah Raja yang begitu kejam dan bengis. Hingga namanya digunakan sebagai lambang kebiadaban dan kesombongan. Dalam bahasa arab pun, kata tafar’ana (memfir’aunkan diri) bagi manusia?


Sifat-Sifat Fir’aun:


Fir’aun adalah lambang pemimpin yang dzolim. Kita harus mengetahui sifat-sifatnya untuk mengetahui siapa sang pengikut Fir’aun. Siapa yang meneladani Fir’aun dalam memimpin. Atau bahkan, sifat-sifat itu bisa melekat pada diri kita sendiri. Mari kita simak sifat-sifat Fir’aun berikut ini agar jangan sampai ada wajah Fir’aun dalam diri kita.


1. Manusia Paling Congkak.


Fir’aun adalah manusia paling congkak di muka bumi. Dia telah memakai pakaian kesombongan yang sebenarnya hanya milik Allah swt. “Dan sungguh, Fir‘aun itu benar-benar telah berbuat sewenang-wenang di bumi.” (Yunus 83), “Sungguh, dia itu orang yang sombong, termasuk orang-orang yang melampaui batas.” (Ad-Dukhan 31)


Orang yang sombong adalah orang yang tidak mengenal dirinya. Diri yang serba membutuhkan selainnya. Diri yang penuh keterbatasan. Dan kesombongan ini adalah penyakit yang paling dibenci Allah swt. “Tidak akan masuk surga seorang yang didalam hatinya masih ada setitik kesombongan.”(Rasulullah saw)


Sifat pertama dari Fir’aun adalan congkak dan sombong. Dan dia telah melakukan kesombongan yang paling biadab dan tidak akan memperoleh ampunan dari Allah. Yaitu kesombongan ketika telah mengetahui kebenaran namun dia tidak mau menerimanya. Sombong bukan sekedar pamer mobil atau rumah yang mewah. Kesombongan terbesar adalah menutup hati dari kebenaran.


2. Melampaui batas.


Semua yang dilakukan Fir’aun telah melampaui batas. Jika kita bertanya tentang kebengisan, maka dialah yang paling bengis. Jika kita bertanya tentang kesombongan, dia lah manusia paling sombong. Tidak ada batasan dalam dirinya. Dia melakukan apapun yang dia inginkan. “Pergilah kepada Fir‘aun; dia benar-benar telah melampaui batas.” (Thaha 24)


Kapan seorang bisa melampaui batas?


Saat hatinya penuh dengan kesombongan dan merasa tidak memerlukan siapapun. Bukan hanya Fir’aun yang melampaui batas. Siapapun bisa melakukan hal yang melampaui batas. Perbuatannya tak terkendali lagi. Kapan? Saat dirinya merasa serba cukup, “Sekali-kali tidak! Sungguh, manusia itu benar-benar melampaui batas, apabila melihat dirinya serba cukup.” (Al-Alaq 6-7)


3. Selalu Meremehkan Rakyat.


Fir’aun selalu meremehkan rakyatnya. Mereka selalu dibodohi, dibungkam dan dibius sehingga tidak bisa melakukan apa-apa. Tidak bisa mengutarakan pendapatnya. Tidak bisa bergerak melawan apalagi memberontak. “Maka Fir‘aun dengan perkataan itu telah mempengaruhi kaumnya, sehingga mereka patuh kepadanya. Sungguh, mereka adalah kaum yang fasik.” (Az-Zukhruf 54)


Dia membodohi kaumnya dengan kekerasan, kadang pula dengan rayuan. Sehingga tidak ada lagi yang berani melawab. Dia tidak akan menjadi Fir’aun jika tidak ditaati oleh rakyatnya. Dan dia tidak akan ditaati sebelum rakyatnya dibodohi.


Salah satu taktiknya adalah pembodohan, jika ada seorang atau kelompok yang ingin melihat umat tetap dalam kebodohan dan kemunduran, maka dia telah mengikuti taktik gurunya yaitu Fir’aun.


4. Memecah Belah Rakyat.


Salah satu taktik Fir’aun untuk menguasai rakyatnya adalah dengan membagi mereka berkelompok-kelompok. Rakyat tidak dibiarkan bersatu karena akan berbahaya bagi kekuasaannya. Jika rakyat bersatu, maka mereka akan memiliki kekuatan untuk melawan Fir’aun. Rakyat dipecah belah sehingga mereka selalu lemah dan tak berdaya. “Sungguh, Fir‘aun telah berbuat sewenang-wenang di bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dia menindas segolongan dari mereka (Bani Israil), dia menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak perempuan mereka.” (Al-Qashas 4)


Setelah memecah belah, dia menindas salah satu kelompok dari mereka. Membunuh anak-anak dan membiarkan perempuan mereka. Agar kelompok yang lain takut dan tidak berpikir lagi untuk memberontak.


Jika kita perhatikan, taktik ini digunakan juga untuk Fir’aun zaman ini. Seperti yang dilakukan Zionis Israel. Sebenarnya, untuk melawan Satu Palestina saja dia tidak mampu. Namun lihatlah, dia menggunakan taktik Fir’aun untuk memecah Palestina menjadi beberapa kelompok. Sehingga kekuatan mereka kecil untuk melawan Israel.


Lihatlah apa yang dilakukan Amerika, mereka memecah belah umat disana sini. Berbagai negara dikacaukan. Kemudian mereka datang sebagai satu-satunya Polisi Dunia yang mengatur kedamaian. Padahal mereka paling anti melihat persatuan.


Karena itu, jika ada seseorang ataupun kelompok yang suka memecah belah. Anti kebhinekaan dan anti persatuan umat. Maka jangan ragu untuk menyebutnya sebagai Fir’aun zaman ini. Karena taktik dan sifat Fir’aun ada pada mereka.


5 Tidak Mau Mendengar Pendapat Lain.


Tidak ada yang boleh memberi pendapat berbeda dengan Fir’aun. Ketentuannya adalah ketentuan yang mutlak dan tidak bisa dibantah. Perintahnya harus dilaksanakan tanpa ada seorang pun yang boleh melawan. Masyarakat harus diam dan hanya berkata “iya”. “Fir’aun berkata, “Aku hanya mengemukakan kepadamu, apa yang aku pandang baik.” (Ghofir 29)


Tidak ada yang boleh berbeda pendapat dengan Fir’aun. Sebagaimana tidak ada yang boleh berbeda dengan pendapat Israel, Fir’aun zaman ini. Semua harus patuh dan diam. Jika Amerika telah mencap sebuah kelompok yang menuntut haknya sebagai teroris, maka seluruh negara harus menganggapnya teroris. Jika ada penindasan yang dilakukan Israel, maka itu bukanlah penindasan. Semua harus diam dan menerima pendapat itu. Seakan-akan hanya merekalah yang bisa memberi petunjuk dan pendapat, sementara selain mereka pasti salah.


 6. Menjauhkan Rakyat dari Kebenaran


Fir’aun selalu menjauhkan rakyatnya dari orang yang ingin memerangi kebodohan dan mencerdaskan mereka. Dia selalu menghalang-halangi orang yang ingin mengajak rakyatnya menuju kebaikan. Karena rakyat yang cerdas akan menjadi bumerang bagi Fir’aun. Tidak boleh ada suara lain selain suara Fir’aun. Semua suara harus bungkam dihadapannya. “Mereka (para pesihir) berkata, “Sesungguhnya dua orang ini adalah pesihir yang hendak mengusirmu (Fir‘aun) dari negerimu dengan sihir mereka berdua, dan hendak melenyapkan adat kebiasaanmu yang utama.” (Thaha 63)


Fir’aun menuduh para penyeru kebenaran sebagai orang yang akan merusak bangsa. Sebagai pengacau yang akan melenyapkan adat dan kebudayaan mereka. “Sesungguhnya aku khawatir dia akan menukar agamamu atau menimbulkan kerusakan di bumi.” (Ghofir 26)


7. Menjaga Kekuasaan dengan Segala Cara


Orang seperti Fir’aun akan menjaga kekuasaannya dengan segala cara. Bahkan, dia akan menggunakan kedok agama untuk mengokohkan kerajaannya. Padahal, dia orang yang paling anti terhadap agama. “Dan Fir‘aun berkata (kepada pembesar-pembesarnya), “Biar aku yang membunuh Musa dan suruh dia memohon kepada Tuhan-nya. Sesungguhnya aku khawatir dia akan menukar agamamu atau menimbulkan kerusakan di bumi.” (Ghofir 26)


8. Anti Reformasi


Fir’aun tidak mau melihat ada reformasi di masyarakat. Dengan segala cara dia lakukan agar jangan sampai ada rakyatnya yang sadar. Dia begitu khawatir, jika rakyatnya yang bodoh ini akan mengikuti kebenaran dan menggulingkan penguasa dzolim. “Mereka berkata, “Apakah engkau datang kepada kami untuk memalingkan kami dari apa (kepercayaan) yang kami dapati nenek moyang kami mengerjakannya (menyembah berhala), dan agar kamu berdua mempunyai kekuasaan di bumi (negeri Mesir)? Kami tidak akan mempercayai kamu berdua.” (Yunus 78)


Mereka takut kekuasaannya akan direbut oleh Musa dan Harun.


9. Reformis Harus Disiksa


Seorang yang datang ingin membawa perubahan, mencerdaskan masyarakat dan mengajak mereka menuju kebaikan harus disiksa sebagai pelajaran bagi yang lain. “Dia (Fir‘aun) berkata, “Mengapa kamu beriman kepada Musa sebelum aku memberi izin kepadamu? Sesungguhnya dia pemimpinmu yang mengajarkan sihir kepadamu. Nanti kamu pasti akan tahu (akibat perbuatanmu). Pasti akan kupotong tangan dan kakimu bersilang dan sungguh, akan kusalib kamu semuanya.” (Asy-Syuara 49)


Kali ini dia tidak hanya melarang dengan perkataan, dia mulai menggunakan kekerasan dan siksaan.


10. Memperbudak Manusia


Fir’aun menganggap selain dirinya adalah budak. Dia merampas kebebasan rakyatnya. Semua harus diam. Tidak boleh ada yang menuntut bahkan hanya sekedar untuk memberi saran. Semua adalah budak yang tidak memiliki hak bahkan atas diri mereka sendiri. Semua ada ditangan Fir’aun. “Maka mereka berkata, “Apakah (pantas) kita percaya kepada dua orang manusia seperti kita, padahal kaum mereka (Bani Israil) adalah orang-orang yang menghambakan diri kepada kita?” (Al-Mukminun 47)


11. Melakukan Kerusakan di Bumi Allah


Menciptakan kerusakan di bumi Allah tidak bisa dilakukan sendirian. Setidaknya harus ada 3 penopang yang membuat kekuasaan dzolim ini masih terus berjalan. Kebejatan itu harus memiliki pemimpin. Pemimpin dzolim itu telah digambarkan secara utuh oleh Fir’aun. Namun pemimpin itu harus ditopang oleh orang ahli yang menghabiskan hidupnya untuk menjilat kepada penguasa. Dan posisi ini ditempati oleh Haaman, mentri Fir’aun. Tak cukup itu, kekuasaan harus ditopang oleh dana yang dimiliki orang-orang kaya. Dengan hartanya dia mendekat kepada Raja untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari memeras rakyat jelata. Posisi ini dijalankan oleh seorang kognlomerat bernama Qorun.


Satu sama lain saling menopang. Setiap kerusakan di suatu tempat pasti ada tiga tipe orang ini yang saling bekerja sama. “Kepada Fir‘aun, Haman dan Qarun; lalu mereka berkata, “(Musa) itu seorang pesihir dan pendusta.”(Ghofir 24)


Terkadang, seorang yang memiliki harta lebih berbahaya dari dua tipe lainnya. Karena dia yang menata semua strategi. Yang berharta yang berkuasa. Karenanya, dalam ayat lain Allah dahulukan Qorun dari Fir’aun dan Haaman. “Dan (juga) Qarun, Fir‘aun, dan Haman.” (Al-Ankabut 39)


Kenapa mereka bisa menjadi perusak, durjana dan keji?


Karena mereka memelihara sifat-sifat sebelumnya dan masyarakat juga telah dibodohi, akhirnya mereka dapat berlaku sewenang-wenang.


12. Menutup telinga dari nasehat


Tidak ada kesempatan bagi rakyat untuk memberi nasehat pada penguasa. Apalagi bagi pengkritik, ada ancaman besar bagi mereka yang mau buka mulut dihadapan penguasa. Akibatnya, semua perbuatan jelek Fir’aun harus dianggap baik. “Dan Fir‘aun berkata, “Wahai Haman! Buatkanlah untukku sebuah bangunan yang tinggi agar aku sampai ke pintu-pintu, (yaitu) pintu-pintu langit, agar aku dapat melihat Tuhan-nya Musa, tetapi aku tetap memandangnya seorang pendusta. ” Dan demikianlah dijadikan terasa indah bagi Fir‘aun perbuatan buruknya itu, dan dia tertutup dari jalan (yang benar); dan tipu daya Fir‘aun itu tidak lain hanyalah membawa kerugian. (Ghofir 36-37)


13. Mengalihkan Isu.


Salah satu taktik yang digunakan oleh Fir’aun di zaman Nabi Musa hingga Fir’aun di zaman ini adalah upaya untuk mengalihkan isu. Ketika Musa as berbicara tentang Iman kepada Allah swt dan mengajak masyarakat untuk mengikuti kebenaran, apa yang dilakukan Fir’aun?


Dia menyuruh Haaman selaku mentrinya untuk membuat bangunan yang tinggi. Seakan-akan dia ingin melihat Tuhannya Musa dari bangunan itu bahkan akan membunuhnya. Jika kita perhatikan maka kita akan tau bahwa ini adalah upaya pengalihan isu. Fir’aun membuat masyarakat heboh dengan bangunan yang amat tinggi dan melupakan seruan Musa as. Begitulah yang dilakukan Fir’aun diseluruh zaman. “Dan Fir‘aun berkata, “Wahai Haman! Buatkanlah untukku sebuah bangunan yang tinggi agar aku sampai ke pintu-pintu..”(Ghofir 36)


14. Mempunyai Penyihir (Dukun)


Abul A’la Almaududi dalam salah satu kitabnya mengatakan bahwa salah satu sifat yang tidak pernah lepas dari Fir’aun di zaman manapun adalah memiliki dukun dan tukang sihir. Para penyihir termasuk orang terdekat Fir’aun, mereka mendapatkan fasilitas yang lebih karena Fir’aun berharap kekuasaannya akan langgeng dengan bantuan mereka. “Dan para pesihir datang kepada Fir‘aun. Mereka berkata, “(Apakah) kami akan mendapat imbalan, jika kami menang?” Dia (Fir‘aun) menjawab, “Ya, bahkan kamu pasti termasuk orang-orang yang dekat (kepadaku).” (Al-A’raf 113-114)


15. Mengaku Tuhan


Karena memiliki kekuatan sementara rakyat telah dibodohi, Fir’aun merasa tidak butuh kepada siapapun dan tidak ada yang bisa menandinginya. Akhirnya dengan penuh kesombongan dia mengaku sebagai Tuhan. Dan Fir‘aun berkata. “Wahai para pembesar kaumku! Aku tidak mengetahui ada Tuhan bagimu selain aku”(Al-Qashas 38)


16.Mengaku Tuhan yang Paling Tinggi


Ini adalah puncak dari kesombongan Fir’aun. Ini adalah akhir perjalanan seorang yang mengaku Tuhan. Imam Baqir menyebutkan bahwa jarak antara Fir’aun mengaku Tuhan dan mengaku Tuhan yang paling tinggi adalah 40 tahun. “(Seraya) berkata, “Akulah tuhanmu yang paling tinggi.” (An-Nazi’at 24)


Disebutkan bahwa Fir’aun mengucapkan kalimat ini di saat terakhir sebelum laut terbelah oleh tongkat Musa. Saat dia mengucapkan kalimat ini, maka seketika itu murka Allah turun karena Fir’aun telah melakukan kesombongan yang tertinggi. Dia tau bahwa ada tuhan lain yang disebut Musa, namun dia berkata bahwa dia lah Tuhan yang tertinggi. Maka tenggelam lah dia bersama bala tentaranya saat itu juga.


Jibril pernah bercerita kepada Rasulullah saw, saat Fir’aun mengatakan kalimat ini kemudian dia melewati lautan yang terbelah maka tertutuplah lautann itu dan dia tenggelam. Saat detik-detik akan tenggelam, Jibril memasukkan kepala Fir’aun ke dalam laut agar dia tidak sempat lagi untuk memohon ampun kepada Allah.


Saat nyawa telah berada di kerongkongan, Fir’aun ingin bertaubat dan beriman kepada Tuhannya Musa. Namun apa jawaban Allah swt?


“Sehingga ketika Fir‘aun hampir tenggelam dia berkata, “Aku percaya bahwa tidak ada tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan aku termasuk orang-orang Muslim (berserah diri).” Mengapa baru sekarang (kamu beriman), padahal sesungguhnya engkau telah durhaka sejak dahulu, dan engkau termasuk orang yang berbuat kerusakan.”(Yunus 90-91)


Selesai sudah kesombongan Fir’aun. Binasa sudah kekuasaannya. Dan Allah menceritakan kisahnya agar kita mengambil pelajaran darinya. Agar tidak ada lagi Fir’aun-Fir’aun baru. Karena Sifat Fir’aun bukan hanya menempel pada seorang pemimpin. Seorang ulama’ bisa menjadi Fir’aun. Seorang ayah, guru dan setiap manusia bisa menjadi Fir’aun-Fir’aun masa kini. Semoga Allah menyelamatkan kita dari sifat-sifat itu.

Posting Komentar

0 Komentar