Pada Tahun 1910, krisis pangan melanda di Jawa. Waktu itu, persediaan beras berkurang drastis. Oleh karena itu, pemerintah Hindia Belanda mengimpor beras dari Burma. Namun saat itu Burma sedang dilanda wabah Pes yang sangat mematikan.
Wabah Pes pada umumnya menyerang tikus. Namun wabah itu juga bisa menular ke manusia.lewat beras-beras impor itu wabah Pes dibawa dari Burma ke Jawa. Namun saat itu petugas kapal tidak menaruh curiga dengan banyaknya tikus-tikus mati di kapal itu.
Pes adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Yersinia Pestis. Walaupun pada umumnya menjangkit hewan, namun bakteri itu juga dapat menular ke manusia. Salah satu penularannya adalah lewat gigitan kutu tikus atau melakukan kontak langsung dengan cairan tubuh hewan yang sudah terinfeksi Pes.
Ketika sampai di Indonesia, kutu-kutu tikus yang terkena wabah Pes kemudian berkembang biak di gudang beras di Malang. Udara Malang yang lembab membuat perkembang biakan kutu-kutu itu berlangsung lebih cepat. Namun tak ada kecurigaan saat ditemukan banyaknya tikus yang mati.
kecurigaan itu baru muncul saat 17 orang di Desa Turen meninggal setelah kena demam selama beberapa hari. Mulai saat itulah Pes mulai mewabah di Jawa. Pada Maret 1911, wabah Pes kemudian menjalar ke kota-kota lain di sekitar Malang seperti Blitar, Kediri, Tulungagung dan Madiun. Pada akhir tahun tersebut, tercatat 2.000 orang meninggal akibat Pes.
Lima tahun kemudian, Pes mewabah di Kota Semarang. Tikus-tikus berkutu yang terkena Pes turun di kota itu melalui kapal dagang dari Surabaya. Di kota itu, penyakit Pes menyerang perkampungan yang kotor dan lembab. Tercatat antara Oktober 1916 sampai Desember 1917, ratusan orang meninggal karena Pes di Semarang.
Untuk mencegah penularan Pes semakin parah, Dinas Kesehatan Publik Hindia Belanda mendatangkan dokter dari Eropa dan memberikan vaksin. Selain itu, Pemerintah mengeluarkan aturan apabila ada satu anggotanya yang terkena Pes, maka seluruh anggota keluarga harus tinggal di barak isolasi selama 15 hari.
Namun dalam kenyataannya, apabila ada satu orang terkena Pes, tidak hanya seluruh anggota keluarganya yang diisolasi, namun seluruh warga desa. Akibatnya, banyak orang yang menolak untuk diisolasi.
Selain dengan isolasi, salah satu cara membasmi wabah Pes adalah dengan membakar rumah orang yang terinfeksi wabah itu. Di Malang, warga dipaksa untuk membakar rumahnya sendiri yang diduga jadi sarang tikus. Yang lebih Miris Pada Tahun 1910 ada seorang anak yang terkena wabah Pes ikut dibakar hidup-hidup bersama rumahnya yang dianggap sarang tikus.
Saat wabah Pes melanda Malang di tahun 1910, banyak dokter Belanda yang tidak mau mengobati warga yang terkena Pes. Geram karena hal itu, Dr. Tjipto Mangunkusumo pergi ke Malang dengan mendaftarkan diri menjadi dokter dinas agar bisa mengobati penduduk yang terkena Pes. Tanpa memakai masker, ia tanpa rasa takut masuk ke pedalaman-pedalaman Malang untuk membasmi wabah itu.
0 Komentar