Muhammadiyah melarang Makam diagungkan. Bagaimana dengan NU ??
"MUHAMMADIYAH YANG TIDAK MENGHORMATI PENDIRINYA ?"
Siapa yang tak kenal dengan KH. Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah, namun tak sedikit bahkan kebanyakan . Muhammadiyah tak tahu makamnya. Dan tentu ini berbeda dengan Makam-makam kiai dari Nahdhatul Ulama yang selalu banjir penziarah. Maka dari itu muncul rumor yang ramai di Media sosial kalau Muhammamdiyah tidak menghargai jasa Pendirinya.
Pernyataan di atas sebenarnya sudah pernah dijawab oleh KH. AR Fachruddin (sosok ketua PP Muhammadiyah yang disegani di kalangan Muhammadiyah maupun di birokrasi di jamannya. Dan namanya di abadikan untuk beberapa Bangunan milik Muhammadiyah) sejak 47 tahun yang lalu. Pak A R, begitu beliau biasa disapa merupakan salah seorang ketua Muhammadiyah di masa lalu yang tercatat sebagai ketua yang menjabat paling lama.
Pak A. R. menulis dalam kitab kecilnya bertajuk "Menudju Muhammadijah" yang ditulis pada tahun 1970, sebuah jawaban atas pertanyaan : "Mengapa Makam K. H. Ahmad Dahlan tidak terpelihara ?"
Pak A. R. menjawab sebagai berikut :
"Memang Beliau (K. H. Ahmad Dahlan) tidak menghendaki, kalau makam Beliau diagung-agungkan. Makin chawatir kalau-kalau makam itu lalu mendjadi persembahan, sesuatu jang disembah orang. Makam beliau sampai sekarang tidak dibina, baik oleh keluarganja maupun oleh para pendukung tjita-tjitanya."
"Oleh keluarganja dan oleh Pemimpin-pemimpin Muhammadijah di Jogjakarta, tak pernah menondjol-nondjolkan makam mendiang. Bahkan oleh Pemerintah RI sendiri pernah dikandung maksud 'memuliakan' makam almarhum, tetapi oleh Muhammadijah sendiri tidak mendapat kesepakatan. Kalau pemerintah mau menghargai djasa K. H. A. Dahlan, bantu sadja Muhammadijah, tak usah dirintang-rintangi."
"Banjak Pemimpin-Pemimpin Muhammadijah dari daerah-daerah jang ingin tahu, ingin menjaksikan makam almarhum K. H. A. Dahlan sampai sekarang tiada berhasil, sebab djarang jang mau menundjukkannja. Bahkan Pemimpin-Pemimpin Muhammadijah di Jogjakarta pun hanja sedikit sekali jang tahu letak makam Almarhum."
"Apakah orang-orang Muhammadijah tak tahu menghargai djasa bapa Muhammadijah? Menurut adjaran Almarhum K. H. A. Dahlan sendiri, tjara menghargai djasa pemimpin 'bukan dengan djalan memuliakan kuburnja', tetapi dengan mendukung, memelihara, dan memperkembangkan peladjaran-peladjaran tersebut, apabila tidak bertentangan dengan hukum Allah."
(selesai nukilan, hal. 28)
Intinya, K. H. Ahmad Dahlan rahimahullah memang berpesan kepada murid-muridnya agar tidak mengagung-agungkan kuburannya. Wasiat ini yang kemudian dipegang teguh oleh para penerus Beliau di Muhammadiyah. Jadi bukan karena orang-orang Muhammadiyah sengaja menelantarkannya atau dianggap tidak menghargai/menghormati jasa-jasa Beliau.
Justru ketika warga Muhammadiyah menjadikan Kuburan KH Ahmad Dahlan sebagai tempat perayaan maka sesungguhnya Muhammadiyah sedang melanggar dan Durhaka kepada pendirinya.
0 Komentar