Mungkin anda dan juga saya kadang bertanya, mengapa milik saya yang notabene telah menjadi rezeki saya diambil kembali oleh Allah? Keluarga tercinta yang direnggut dari kita oleh kematian, membuat kita hancur karena rasa kehilangan. Rumah yang ditempati sebagai tempat bernaung dan dibangun dengan tetesan keringat tiba-tiba habis terbakar, menyisakan puing-puing kedukaan bagi kita. Uang yang kita simpan baik-baik untuk memenuhi kebutuhan tak terduga ternyata hilang digondol maling atau ditipu orang.
Rezeki yang telah diberi Allah tidak mutlak akan bersama kita selamanya. Karena bukan kita pemilik sejatinya. Kita hanya dititipi. Apakah itu keluarga, harta benda, uang, kesehatan, bahkan nyawa kita sendiri pun di luar kuasa kita. Lalu kalau semua itu bukan milik kita, lalu mengapa kita tidak ridha dan susah mengikhlaskannya saat lepas dari genggaman?
Berkaca dari sebuah musibah
Musibah yang dialami, kehilangan orang tercinta dan harta benda bagaimana menyikapinya? Apa yang bisa dipetik dari semua itu?
(1) Tidak semua milik kita akan terus tinggal bersama kita
Begitu juga rezeki. Tidak semua rezeki yang diberi Allah dan sudah kita klaim sebagai milik kita akan terus menemani kita. Jika semua yang kita kehendaki terus kita miliki darimana kita belajar IKHLAS?
(2) Tidak semua impian dan keinginan kita harus terwujud
Kita memimpikan peningkatan hidup, kebahagiaan yang terus menerus dengan limpahan rezeki dari Allah SWT terus terwujud. Kenyataannya tidak demikian. Karena hari-hari kelam dan kegagalan pun bisa mengisi kehidupan kita. Jika semua yang kita impikan terus terwujud darimana kita belajar SABAR?
(3) Tidak semua doa kita dikabulkan
Kita menginginkan rezeki terus bertambah dan terus mengupayakan doa di setiap sujud, tapi kenyataannya doa itu tak selalu dikabulkan bukan? Jika setiap doa kita dikabulkan Allah bagaimana kita bisa belajar IKHTIAR?
(4) Tidak semua orang yang kita sayangi membalas perasaan kita
Kita menginginkan orang terkasih terus menjadi rezeki penawar rindu dan pemberi kebahagiaan bagi kita. Tapi kenyataannya hati itu dibolak-balik dan dia berubah perasaannya pada kita, membuat kita meras sedih dan tidak diinginkan. Jika semua orang yang kita sayangi membalas perasaan kita bagaimana kita belajar MENERIMA KENYATAAN?
(5) Tidak semua tindakan kita itu benar
Kita menginginkan semua tindakan kita benar, tapi kenyataannya tindakan kitapun banyak yang salah. Dan kesalahan itu berakibat pada hilangnya rezeki, harta benda, pertemanan dan sebagainya, membuat kita seolah terpuruk. Jika semua tindakan kita benar darimana kita belajar tentang KESALAHAN?
(6) Tidak selalu kita diperlibatkan dengan hal yang benar dan orang yang benar
Kenyataannya seringkali kita terlibat dengan hal-hal yang salah, mengambil keputusan yang salah dan bergaul dengan orang-orang yang salah yang merugikan kita. Jika kita tidak pernah merasakan terlibat dengan hal-hal yang salah, membuat keputusan yang salah, bergaul dengan orang yang salah darimana kita belajar MENGHADAPI saat kita diperhadapkan dengan situasi yang berat dan MENGHARGAI saat semuanya berjalan lancar dan baik-baik saja?
Saat rezeki kita diambil kita bisa BERSYUKUR dan menghargai saat kita diberi rezeki banyak.
(7) Tidak selalu kita berurusan dengan orang yang jujur
Saat kebohongan sudah menjadi hal yang lumrah, kita menjadi begitu sulit mepercayai siapapun. Jika kita terus diperhadapkan dengan orang yang jujur bagaimana kita bisa belajar WASPADA pada para pembohong dan mulai MEMPERCAYAI diri sendiri ketimbang kata-kata orang lain ?
KESIMPULAN
Ada hikmah di balik semua kejadian, bahkan dibalik musibah yang terus mendera dan membuat kita menderita. Inilah Universitas Kehidupan, tempat kita belajar dan bertahan hidup dari segala masalah dan keluar sebagai pemenang.
Hanya pemenang yang bisa mengalahkan masalah dan menerima semua ketentuan yang diberi Allah padanya. Masalah tidak melemahkannya, malah membuatnya makin kuat dan makin dekat pada Allah.
Apakah kita sudah termasuk orang yang demikian? Mari terus berupaya memperbaiki diri.
Wallahu alam - SEMOGA MANFAAT
0 Komentar