*SELAMAT DARI* *NERAKA DAN TERJAMIN SURGA*
_SIAPA pun yang mendapatkan taufik dari Allah untuk beramal salih janganlah menganggap diri sendiri sebagai manusia suci yang pasti selamat dari neraka dan terjamin masuk surga._
šŗ HAL di atas bisa berakibat lemahnya seseorang memohon pertolongan kepada Allah dan tawakkal kepada-Nya. Pun pula, hal di atas bisa diikuti oleh lemahnya seseorang akan rasa takut kepada Allah dan lemahnya seseorang akan pengharapan atas ampunan dan rahmat-Nya.
šŗ KETIKA seseorang beribadah kepada Allah, ia dituntut ikhlas dan benar dalam mengerjakannya. Pun pula, ia dituntut untuk menyadari nikmat Allah pada ibadah yang ditegakkannya, mengakui ada ketidaksempurnaan ibadahnya, serta tidak ada jaminan ibadahnya itu diterima.
šŗ SAAT seseorang beribadah kepada Allah, ia bisa terancam tidak ikhlas. Di samping itu, ia pun bisa terancam merasa diri hebat dan merasa Allah "wajib" menerima dan memberinya pahala.
šŗ HAL di atas merupakan sikap tidak baik seseorang yang lupa diri. Ini sangat berbeda dengan orang salih yang diabadikan oleh Alquran, *_“Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka.”_* (QS. Al-Mukminun: 60).
šŗ MAKSUD ayat di atas adalah bahwa kondisi hati orang-orang yang mengeluarkan sedekah, infak, nafkah, dan bantuan-bantuan, dipenuhi oleh rasa takut. Yaitu, takut kalau Allah tidak menerima amal-amal mereka.
šŗ OLEH sebab itu, siapa yang mendapatkan taufik dari Allah untuk beramal salih, janganlah memandang dirinya sebagai manusia suci yang pasti selamat dari neraka dan terjamin surga.
šŗ HAL itu berakibat pada lemahnya tawakkal kepada Allah, lemahnya rasa takut terhadap rencana Allah terhadap dirinya. Pun pula, lemahnya pengharapan kepada ampunan dan rahmat-Nya.
šŗ UJUB (bangga diri) dengan amal tersebut bisa melahirkan kesombongan. Yakni, kesombongan yang memandang rendah orang lain yang tidak beramal seperti amalnya dirinya.
šŗ APABILA Allah membukakan pintu (kemudahan) melakukan salat malam, janganlah seseorang memandang rendah orang lain yang tertidur. Apabila Allah membukakan pintu puasa (sunah), janganlah seseorang memandang rendah orang lain yang tidak berpuasa.
šŗ PUN pula, apabila Allah membukakan untuk seseorang menegakkan agama dengan sungguh-sungguh dalam ajaran agama (berjihad) maka janganlah seseorang memandang rendah orang lain yang berjuang tidak tidak menegakkan agama dengan sungguh-sungguh. Sebab, bisa jadi orang yang tertidur, orang yang tidak berpuasa (sunah), dan orang yang tak berjihad itu lebih dekat kepada Allah ketimbang Anda (seseorang) yang menegakkan agama dengan sungguh-sungguh
šŗ ORANG yang tertawa sambil mengakui dosa dan mengakui kekurangan dirinya itu lebih baik daripada orang yang menangis sambil merasa diri sebagai orang salih. Para pendosa yang menangisi dosanya lebih dicintai Allah daripada tukang zikir yang membanggakan dirinya
šø *_SEMOGA Allah ridha menganugerahkan kepada kita semua: keselamatan, rahmat, kesehatan dan kebahagiaan, umur panjang penuh berkah, rezeki halal, serta kemudahan mengarungi kehidupan._*
0 Komentar